Dimuat di Tabloid Potret No. 65|Pebruari 2013
Sekarang
ini semakin banyak ibu-ibu yang menyadari arti pentingnya merawat dan mendidik
anak dengan kelembutan tangannya sendiri. Semua terjadi karena semakin luasnya
pengetahuan para ibu tentang tumbuh kembang dan masa-masa emas dari seorang
anak. Bahkan terkadang tak dapat ditukar dengan materi jika harus kehilangan
momen-momen penting dalam perkembangan
anak. Maka tidak mengherankan jika akhirnya banyak perempuan yang tadinya
bekerja di kantoran memutuskan untuk meninggalkan karir demi si buah hatinya.
Namun
juga bukan perkara mudah menjadi perempuan dengan gelar ibu rumah tangga.
Pekerjaan yang monoton kadang membuat para ibu rumah tangga ini menjadi bosan,
apalagi bagi mereka yang sebelumnya pernah bekerja. Belum lagi pandangan
sebelah mata yang ditujukan kepada ibu rumah tangga dibandingan perempuan yang
bekerja, baik dilihat dari sisi penghasilan maupun kemampuan. Mungkin karena
ibu rumah tangga ini tidak bekerja menggunakan ilmu formalnya, maka banyak yang
menganggapnya kurang berkualitas dalam pola pikir dan wawasan.
Rasanya
hal-hal diatas sudah cukup untuk membuat alasan mengapa akhir-akhir ini banyak
perempuan yang melebarkan gelarnya dari ibu rumah tangga menjadi ibu bekerja
dari rumah. Menjalankan kegiatan atau bisnis dari rumah tanpa meninggalkan tumbuh
kembang buah hati itulah intinya. Dan salah satu kegiatan yang marak dilakukan
kaum perempuan ini adalah menjadi seorang penulis. Hal bisa kita lihat dari
seringnya nama-nama perempuan yang muncul sebagai penulis di berbagai media
cetak. Atau nama-nama perempuan yang terpampang sebagai pemenang berbagai lomba
menulis. Belum lagi buku-buku yang baru terbit, juga banyak bermunculan nama
perempuan sebagai pengarangnya.
Tentu
saja ini merupakan fenomena yang sangat menggembirakan. Menulis merupakan cara
ampuh bagi perempuan yang dilanda rasa bosan di sela menjalankan tugas utamanya
sebagai seorang ibu rumah tangga. Selain itu juga sebagai pembuktian bahwa
profesi ibu rumah tangga tidak identik dengan kekosongan ilmu dan wawasan.
Karena semakin sering menulis maka akan semakin banyak membaca dan secara
otomatis akan menambah wawasannya. Ditambah lagi, menulis bukanlah pekerjaan
gratisan. Karena kita tahu jika hasil ide yang dituangkan dengan tulisan yang
tersusun apik akan bisa juga mendatangkan pundi-pundi rupiah bagi pemiliknya.
Rupanya
kesadaran menulis di kalangan perempuan kini sudah menjadi semacam gaya hidup.
Bukan saja mereka yang memang sudah memiliki bakat atau kemampuan di bidang
tulis menulis saja yang mulai menggeliat. Banyak juga yang tadinya hanya merasa
bisa dan ingin coba-coba lalu mengasah kemampuannya hingga eksis di dunia
kepenulisan ini. Karena hanya dengan banyak berlatih dan terus belajarlah
seorang penulis dapat meningkatkan kelasnya.
Adanya
kemudahan dalam bidang teknologi bisa jadi adalah salah satu faktor pendorong
meningkatnya budaya menulis di kalangan perempuan. Kini menulis bukan lagi
menggerakkan pena diatas kertas. Menulis lebih mudah karena adanya perangkat
teknologi seperti komputer, laptop, tablet atau bahkan telepon selular. Dimana
saja dan kapan saja rasanya menulis tetap bisa dilakukan, terutama bagi para
ibu rumah tangga yang cerdas dalam mengatur waktunya.
Apalagi
ditunjang dengan banyaknya lomba-lomba kepenulisan serta media masa yang
menyediakan tempat untuk para penulis lepas, maka semakin terbukalah kesempatan
para perempuan ini menuangkan ide-ide cerdasnya. Bukan itu saja, semakin
banyaknya penerbit yang memberi kemudahan dalam mencetak buku juga menjadi
penunjang nge”tren”nya gaya hidup menulis di kalangan perempuan. Lihat saja
buku-buku antologi yang banyak menceritakan tentang pengalaman dalam tugas
kerumahtanggaan maupun pernikahan serta kisah inspiratif yang dapat bermanfaat
bagi pembacanya menjadi bukti cerdas dan kreatifnya perempuan penulis sekarang
ini.
Dari
semua itu yang tidak kalah penting adalah semangat dan kemauan dari perempuan
itu sendiri untuk terus mengasah kemampuannya dalam bidang menulis. Berani
menyisihkan sedikit waktu diantara rutinitas pekerjaan rumah tangga. Adanya
niat untuk menularkan ilmu atau pengetahuannya kepada masyarakat luas, terutama
perempuan juga bisa menjadi modal produktifitas penulis. Begitu juga dengan
kelembutan yang dimiliki perempuan menjadi dasar dalam gaya penulisannya.
Banyak perempuan yang mengedepankan menulis dengan hati sehingga hasil karyanyapun
bisa sampai ke hati para pembacanya.
Hingga
pada akhirnya, kini tidak saja ibu rumah tangga yang berlomba-lomba mengejar
profesi sampingan sebagai penulis. Banyak perempuan karir juga menyempatkan
diri disela kesibukan di kantornya untuk sekedar melepaskan ide. Tidak ada yang
beda dalam hal kualitas menulis baik ibu rumah tangga maupun perempuan karir.
Juga dalam hal produktifitas. Keduanya seolah berpacu saling mengejar dan
memberi semangat sebagai sesama perempuan yang menjadikan menulis sebagai
sampingan sekaligus gaya hidup.
Jika
perempaun bekerja waktunya banyak dihabiskan dikantor, maka tak ada bedanya
dengan ibu rumah tangga yang waktunya banyak dihabiskan untuk urusan rumah tangga.
Justru inilah kehebatan seorang ibu rumah tangga yang menulis. Disela-sela
menyelesaikan tugas rumah tangga yang tak
ada habisnya dan meladeni rengekan anaknya, ternyata mereka masih bisa menghasilkan tulisan yang
berkualitas. Dan bukan tidak mungkin jika kelak anak-anak mereka akan mengikuti
jejaknya. Akan lahir penulis-penulis muda sebagai bentuk regenerasi yang tanpa
disadari.
Akan
tetapi, meskipun menulis sudah menjadi gaya hidup perempuan saat ini, sebaiknya
para perempuan tidak melalaikan tugas
mulia yang telah menjadi pilihan utamanya yaitu sebagai ibu rumah tangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar