Rabu, 17 Juli 2013

Menulis Menjadi Gaya Hidup Perempuan


Dimuat di Tabloid Potret No. 65|Pebruari 2013



Sekarang ini semakin banyak ibu-ibu yang menyadari arti pentingnya merawat dan mendidik anak dengan kelembutan tangannya sendiri. Semua terjadi karena semakin luasnya pengetahuan para ibu tentang tumbuh kembang dan masa-masa emas dari seorang anak. Bahkan terkadang tak dapat ditukar dengan materi jika harus kehilangan momen-momen penting dalam  perkembangan anak. Maka tidak mengherankan jika akhirnya banyak perempuan yang tadinya bekerja di kantoran memutuskan untuk meninggalkan karir demi si buah hatinya.

Namun juga bukan perkara mudah menjadi perempuan dengan gelar ibu rumah tangga. Pekerjaan yang monoton kadang membuat para ibu rumah tangga ini menjadi bosan, apalagi bagi mereka yang sebelumnya pernah bekerja. Belum lagi pandangan sebelah mata yang ditujukan kepada ibu rumah tangga dibandingan perempuan yang bekerja, baik dilihat dari sisi penghasilan maupun kemampuan. Mungkin karena ibu rumah tangga ini tidak bekerja menggunakan ilmu formalnya, maka banyak yang menganggapnya kurang berkualitas dalam pola pikir dan wawasan.

Rasanya hal-hal diatas sudah cukup untuk membuat alasan mengapa akhir-akhir ini banyak perempuan yang melebarkan gelarnya dari ibu rumah tangga menjadi ibu bekerja dari rumah. Menjalankan kegiatan atau bisnis dari rumah tanpa meninggalkan tumbuh kembang buah hati itulah intinya. Dan salah satu kegiatan yang marak dilakukan kaum perempuan ini adalah menjadi seorang penulis. Hal bisa kita lihat dari seringnya nama-nama perempuan yang muncul sebagai penulis di berbagai media cetak. Atau nama-nama perempuan yang terpampang sebagai pemenang berbagai lomba menulis. Belum lagi buku-buku yang baru terbit, juga banyak bermunculan nama perempuan sebagai pengarangnya.

Tentu saja ini merupakan fenomena yang sangat menggembirakan. Menulis merupakan cara ampuh bagi perempuan yang dilanda rasa bosan di sela menjalankan tugas utamanya sebagai seorang ibu rumah tangga. Selain itu juga sebagai pembuktian bahwa profesi ibu rumah tangga tidak identik dengan kekosongan ilmu dan wawasan. Karena semakin sering menulis maka akan semakin banyak membaca dan secara otomatis akan menambah wawasannya. Ditambah lagi, menulis bukanlah pekerjaan gratisan. Karena kita tahu jika hasil ide yang dituangkan dengan tulisan yang tersusun apik akan bisa juga mendatangkan pundi-pundi rupiah bagi pemiliknya.

Rupanya kesadaran menulis di kalangan perempuan kini sudah menjadi semacam gaya hidup. Bukan saja mereka yang memang sudah memiliki bakat atau kemampuan di bidang tulis menulis saja yang mulai menggeliat. Banyak juga yang tadinya hanya merasa bisa dan ingin coba-coba lalu mengasah kemampuannya hingga eksis di dunia kepenulisan ini. Karena hanya dengan banyak berlatih dan terus belajarlah seorang penulis dapat meningkatkan kelasnya.

Adanya kemudahan dalam bidang teknologi bisa jadi adalah salah satu faktor pendorong meningkatnya budaya menulis di kalangan perempuan. Kini menulis bukan lagi menggerakkan pena diatas kertas. Menulis lebih mudah karena adanya perangkat teknologi seperti komputer, laptop, tablet atau bahkan telepon selular. Dimana saja dan kapan saja rasanya menulis tetap bisa dilakukan, terutama bagi para ibu rumah tangga yang cerdas dalam mengatur waktunya.

Apalagi ditunjang dengan banyaknya lomba-lomba kepenulisan serta media masa yang menyediakan tempat untuk para penulis lepas, maka semakin terbukalah kesempatan para perempuan ini menuangkan ide-ide cerdasnya. Bukan itu saja, semakin banyaknya penerbit yang memberi kemudahan dalam mencetak buku juga menjadi penunjang nge”tren”nya gaya hidup menulis di kalangan perempuan. Lihat saja buku-buku antologi yang banyak menceritakan tentang pengalaman dalam tugas kerumahtanggaan maupun pernikahan serta kisah inspiratif yang dapat bermanfaat bagi pembacanya menjadi bukti cerdas dan kreatifnya perempuan penulis sekarang ini.

Dari semua itu yang tidak kalah penting adalah semangat dan kemauan dari perempuan itu sendiri untuk terus mengasah kemampuannya dalam bidang menulis. Berani menyisihkan sedikit waktu diantara rutinitas pekerjaan rumah tangga. Adanya niat untuk menularkan ilmu atau pengetahuannya kepada masyarakat luas, terutama perempuan juga bisa menjadi modal produktifitas penulis. Begitu juga dengan kelembutan yang dimiliki perempuan menjadi dasar dalam gaya penulisannya. Banyak perempuan yang mengedepankan menulis dengan hati sehingga hasil karyanyapun bisa sampai ke hati para pembacanya.

Hingga pada akhirnya, kini tidak saja ibu rumah tangga yang berlomba-lomba mengejar profesi sampingan sebagai penulis. Banyak perempuan karir juga menyempatkan diri disela kesibukan di kantornya untuk sekedar melepaskan ide. Tidak ada yang beda dalam hal kualitas menulis baik ibu rumah tangga maupun perempuan karir. Juga dalam hal produktifitas. Keduanya seolah berpacu saling mengejar dan memberi semangat sebagai sesama perempuan yang menjadikan menulis sebagai sampingan sekaligus gaya hidup.

Jika perempaun bekerja waktunya banyak dihabiskan dikantor, maka tak ada bedanya dengan ibu rumah tangga yang waktunya  banyak dihabiskan untuk urusan rumah tangga. Justru inilah kehebatan seorang ibu rumah tangga yang menulis. Disela-sela menyelesaikan tugas rumah tangga yang tak  ada habisnya dan meladeni rengekan anaknya, ternyata mereka  masih bisa menghasilkan tulisan yang berkualitas. Dan bukan tidak mungkin jika kelak anak-anak mereka akan mengikuti jejaknya. Akan lahir penulis-penulis muda sebagai bentuk regenerasi yang tanpa disadari.

Akan tetapi, meskipun menulis sudah menjadi gaya hidup perempuan saat ini, sebaiknya para perempuan  tidak melalaikan tugas mulia yang telah menjadi pilihan utamanya yaitu sebagai ibu rumah tangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar