Rabu, 17 Juli 2013

Ketika Anak Hamil diluar Nikah


Dimuat di Tabloid Potret No. 62|Nopemeber 2012



Akhir-akhir ini semakin sering kita mendengar berita tentang  pergaulan bebas remaja  di kota- kota  besar. Dan entah mengapa berita–berita seperti itu tetap saja disiarkan oleh televisi di Indonesia. Karena sepertinya memang tak ada manfaatnya menyiarkan hal tersebut, justru sebaliknya dapat mempengaruhi remaja–remaja di daerah untuk meniru. Dan tak dapat dipungkiri, inilah pangkal  yang membuat kasus hamil diluar nikah naik semakin tajam dari waktu ke waktu. Akibat tidak adanya rambu–rambu dalam pergaulan sehingga mengakibatkan hal–hal yang hanya akan menghasilkan penyesalan semata.

Tidak ada satupun orang tua yang mengharapkan atau bahkan bermimpi anak mereka akan mengalami hamil di luar nikah. Karena sudah barang tentu  aiblah  yang akan mereka telan. Namun bagaimana seandainya hal itu terjadi pada keluarga kita. Pastinya marah, kesal, kecewa dan malu yang bergelayut di hati para orang tua. Sangsi sosial dari masyarakat berupa cemoohan dan semacamnya tidak hanya ditujukan kepada pelaku tapi juga kepada keluarganya, terutama orang tua. Mereka dianggap tidak becus dan gagal mendidik anaknya. Inilah sangsi masyarakat yang  mereka takutkan.

Ibarat pepatah, nasi sudah menjadi bubur. Semua yang telah terjadi tak akan bisa diputar kembali. Begitu juga dengan kemarahan yang meledak–ledak, tak akan dapat mengubah yang sudah terjadi. Jadi tak ada gunanya lagi kemarahan apalagi jika harus disertai kekerasan fisik. Hal ini hanya akan menimbulkan masalah baru yang tiada penyelesaiannya.

Sebagai orang tua, hendaknya kita dapat menempatkan diri kita diposisi anak yang sedang tertimpa musibah tersebut. Bagaimana perasaannya begitu dia mengetahui kalau dirinya hamil. Sebelum keberaniannya muncul untuk menyampaikan aib kepada orang tuanya, pastilah terjadi kekalutan, takut dan kebingungan yang amat mendera dalam dirinya. Bayangkan bagaimana keadaannya selama beberapa waktu menyimpan rahasia kehamilannya dari orang tua. Setelah tidak dapat menemukan jalan keluar, barulah dengan terpaksa dia harus menyampaikan kabar buruk itu kepada orang tuanya.

Sebenarnya tujuan mereka datang kepada orang tua bukan untuk dihakimi. Dalam posisi ini anak justru mencari pertolongan dan perlindungan kepada orang yang dia yakini dapat membantunya. Maka perlu bagi orang tua untuk selalu bersikap tenang dan mau mendengarkan penjelasan anak mereka. Jangan sampai karena dikuasai oleh emosi lalu orang tua melakukan hal–hal yang akan menambah penderitaan anak. Kalau sudah begini luka dalam jiwa anak akan semakin sulit disembuhkan.

Pada tahap ini, jiwa anak  mengalami tekanan yang hebat atas kesalahan yang telah diperbuatnya. Maka sebagai orang tua hendaknya kita bisa mengarahkannya untuk segera memohon ampunan pada Allah atas dosa yang telah diperbuatnya. Hal ini sangat mungkin dapat menyejukkan dan menenangkan perasaan anak juga untuk menghindarkannya dari perbuatan–perbuatan yang justru dapat mendatangkan dosa kedua.

Kata maaf dari orang tua tentu sangat berharga bagi anak–anak ini. Karena biasanya inilah hal yang sangat ditakutkan oleh mereka ketika hendak menyampaikan berita buruk ini kepada orang tuanya. Mereka takut tidak mendapat mengampunan dari orang tua karena sudah membuat dosa besar. Bahkan tidak ada salahnya jika orang tua memberinya perhatian lebih dan merangkulnya penuh kasih sayang. Bukan berarti memanjakannya. Tapi lebih kepada terapi untuk kejiwaannya yang pasti telah terluka. Bagaimana dia merasa masih diinginkan, masih disayang dan diperhatikan oleh orang tuanya.

Dalam mencari pemecahan masalah ini sebaiknya orang tua juga melibatkan langsung anak yang bersangkutan. Karena bagaimanapun ini berhubungan dengan masa depan anak  yang masih sangat panjang. Mengajak anak bicara secara baik–baik untuk mencari penyelesaian yang terbaik pula. Berikan masukan dan pilihan serta konsekuensi dari masing–masing pilihan penyelesaian tersebut. Pilihan yang terbaik untuk anak adalah tentunya juga yang menjadi pilihan orang tua. Yang perlu diingat adalah jangan sampai menyelesaikan dosa dengan membuat dosa yang lain.

Dari luar, anak hamil diluar nikah biasanya memang terlihat biasa saja. Terlihat sangat tegar. Hal ini karena mereka sendiri sudah merasa bersalah dan tidak ingin orang lain mengasihani dirinya. Namun sebenarnya jiwa mereka sangat rapuh. Terkadang mereka memendam kekesalan terhadap diri mereka sendiri, menyesal yang tidak berkesudahan dan rasa malu yang mereka tutupi. Dan ini memerlukan pengawasan dan penyembuhan. Jangan sampai anak sampai merasa putus asa dan melakukan hal–hal yang tidak diinginkan.

Lingkungan, teman atau orang–orang disekitar anak  memang sangat besar pengaruhnya sehingga bisa terjadi hal yang tabu ini. Namun jangan pernah menyalahkan orang lain karena hanya akan memperlambat proses penyembuhan jiwa anak. Apalagi jika kita terus menerus mengungkit–ungkitnya. Jiwa anak tidak akan bisa sembuh jika dia terus menerus hidup dalam bayang–bayang masa lalunya.

Tumbuhkan semangat pada anak dengan memberinya gambaran beberapa anak yang senasib dengannya namun mampu keluar dari masalahnya. Selalu memberinya penghiburan agar anak dapat segera melupakan masa lalunya. Membuka wawasannya untuk menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran berharga. Agar dimasa mendatang anak dapat lebih berhati–hati dalam bergaul.

Namun dari semua yang diatas, ada baiknya kita sebagai orang tua selalu berusaha untuk menghindarkan anak–anak kita dari kejadian hamil di luar nikah. Untuk itu perlu bagi orang tua untuk selalu memberikan kasih sayang , perhatian serta pengawasan yang tidak mengekang terhadap anak. Selalu memonitor lingkungan pergaulan dan teman–teman anak–anak kita. Tak ada salahnya jika anak diberi kesibukan lain diluar jam sekolahnya. Menyalurkan hobinya akan lebih bermanfaat daripada anak menghabiskan waktu berjam–jam di depan layar komputer.            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar