Senin, 09 Maret 2015

Vegetarian (?)



Sejak memutuskan untuk hidup berumah tangga, aku dan suamiku sepakat untuk mengurangi mengonsumsi daging merah. Baru satu tahun kemudian, kami benar-benar bisa melepaskan konsumsi daging yang berasal dari hewan berkaki empat ini.

Bukan untuk gaya-gayaan. Bukan pula karena kami mengikuti aliran tertentu. Semua kami lakukan hanya karena kami ingin hidup lebih sehat. Tidak lebih. Bahkan, awalnya kami juga tidak tahu jika ternyata banyak manfaat lain dari pola makan ini. Semua itu kami anggap sebagai bonus.

Sebenarnya aku tidak pernah menyebut keluargaku sebagai vegetarian. Kenapa? Karena, bagiku kelompok vegetarian adalah mereka yang sama sekali tidak boleh makan daging, meskipun ada beberapa golongan dalam kelompok ini. Ada golongan yang tidak makan daging dari hewan berkaki empat. Golongan lain tidak makan hewan sama sekali atau bahkan ada yang tidak makan hewan dan makanan turunannya, seperti susu, telur dan keju. Jika makanan mereka mengandung daging sedikit saja, entah itu hanya kuah atau penyedapnya, itu sudah melanggar aturan.

Sementara aku dan keluargaku? Meskipun belum tentu setahun atau dua tahun sekali dan dalam jumlah yang sangat kecil, tetapi terkadang kami makan daging juga walaupun itu hanya kami batasi untuk daging kambing saja. Karena itulah aku enggan menyebut keluargaku sebagai vegetarian, meskipun beberapa teman menyebut kami demikian.

Jadi, sudah hampir enambelas tahun, menu hewani yang ada meja makanku adalah ayam, ikan dan telor. Sementara makanan nabati justru menjadi menu utama kami. Tentu saja ini juga berlaku untuk kedua anakku yang sekarang berusia 16 dan 10 tahun.

Bukan tidak pernah kami mendapat pertanyaan-pertanyaan ataupun olok-olokan dari teman dan kerabat tentang kebiasaan kami ini. Tetapi tentu saja kami tidak terlalu mempermasalahkannya. Selama ini kami masih bisa memakluminya.

Pertanyaan terakhir yang baru beberapa hari lalu terjadi, dilontarkan oleh teman anak gadisku. Mereka tidak bisa percaya jika pada kenyataannya keluarga kami tidak pernah mengonsumsi daging merah. Lalu pertanyaannya adalah, bagaimana anakku bisa pintar kalau dia tidak pernah makan daging?

Anak gadisku hanya tersenyum jika ada yang bertanya demikian. Karena aku sudah pernah menjelaskan padanya jika gizi yang ada di daging itu juga bisa kami dapatkan dari sumber makanan yang lain. Dan, yang paling mudah dipahami adalah ketika kami membaca sebuah buku yang menyebutkan bahwa ternyata ilmuwan sekelas Albert Einstein, Sacrotes dan Thomas Alfa Edison adalah para pelaku vegetarian juga. Jadi, bukan berarti anak vegetarian tidak bisa pandai, kan?