Rabu, 03 September 2014

7 Kota Dalam 21 Hari


     Mungkin ini adalah sebuah perjalanan yang sangat melelahkan yang pernah aku lakukan bersama keluargaku. Setelah menahan kerinduan selama hampir tiga tahun untuk menghirup udara segar Indonesia, aku seperti burung yang baru lepas dari sangkar. Aku memanfaatkan waktu sempit ini untuk mengunjungi beberapa kota di Jawa dan Bali.

      Tidak tangung-tangung, aku berhasil menyinggahi tujuh kota dalam waktu 21 hari sebagai batas cuti suamiku. Denpasar (Tabanan), Surabaya, Kediri, Solo, Yogyakarta, Bandung dan Singapore. Aku mencoba membagi waktu dengan baik untuk masing-masing kota. Bahkan ada satu kota yang hanya semalam bisa aku nikmati, namun memberi kesan yang sangat baik dalam penilaianku.


Transit 6 jam di Jakarta. Lelah...


       Sebenarnya liburan kali ini bukan sekedar untuk menghabiskan waktu dan berjalan-jalan saja. Ada misi di balik itu semua. Aku ingin mengenalkan beberapa kota yang ada di pulau Jawa kepada anak-anakku, terutama bagi anakku yang kecil. Aku ingin mereka tahu dan mencatat keberadaan kota-kota tersebut dalam ingatannya, tidak sekedar tahu dari selembar peta yang sering aku tunjukkan.

      Selalu ada kisah dan cerita dari sebuah perjalanan. Ada cerita yang seru maupun yang menjemukan dan membuat kecewa. Tapi, itulah perjalanan. Begitu perjalanan telah dimulai, maka harus terus berlanjut hingga kembali kepada permulaan. Begitu juga dengan liburan musim panas ini, semua aku jalani dari awal hingga akhirnya aku dan keluargaku kembali lagi ke Dubai untuk melanjutkan kisah yang lain.

Jumat, 18 Juli 2014

Mudik yang (tak lagi) Tertunda


Sudah hampir tiga tahun aku meninggalkan tanah air untuk menemani suami yang bekerja di Dubai, Uni Emirat Arab. Selama waktu itu pula aku belum pernah lagi menjejakkan kaki di tanah pertiwi. Bukan tidak ingin, tetapi berbagai kendala selalu berhasil menggagalkan niat itu.

Tujuh bulan pertama sejak kedatanganku, Dubai sedang musim panas dan bertepatan dengan liburan panjang sekolah. Sebenarnya saat itu sudah ada keinginan untuk pulang menengok orang tua, sebelum kemudian –entah siapa yang memulai- kami memutuskan untuk berlibur ke Istanbul, Turki. Alasannya adalah karena rasanya baru kemarin kami datang sehingga rasa rindu belum terlalu mendalam. Kami memastikan bahwa tahun depan adalah waktu yang pas untuk kami mudik.

Setelah setahun menunggu musim panas kembali datang, rencana untuk berlibur ke tanah air pun kami rancang. Aku bahkan sudah membuat jadwal pasti kapan kami akan berangkat serta destinasi  mana saja yang akan kami kunjungi untuk mengisi liburan ini. Kami, terutama kedua anakku sangat bersemangat.

Namun rencana tinggal rencana. Suamiku tidak bisa meninggalkan pekerjaannya karena proyek baru yang ditanganinya. Kecewa sudah pasti. Tetapi paling tidak aku masih bisa bersyukur karena aku belum sempat memesan tiket pesawat sebelum berita pahit itu datang.

Sebenarnya suami sudah mempersilakan aku dan anak-anak untuk pulang sendiri ke Indonesia guna mengisi liburan. Tetapi anak-anak ternyata menolak. Mereka merasa kurang seru jika liburan tanpa ayahnya. Apalagi aku. Mana mungkin aku tega meninggalkan suami sendirian, bekerja membanting tulang sementara aku enak-enakan menikmati liburan.

Untuk mengobati rasa kecewa anak-anakku, maka menjelang musim dingin kami mengajak mereka berlibur ke Muscat, Oman. Meskipun hanya empat hari, paling tidak mereka sudah merasa terhibur. Selain itu suamiku juga tidak lagi merasa terlalu bersalah dengan kegagalan mudik ke Indonesia.


Menunggu penerbangan di Dubai International Airport

Akhirnya, setelah menunggu dua kali musim panas, mudik yang kami nantikan tak lagi tertunda. Sudah tidak terkira rasa rindu yang bergemuruh dalam dada kami terhadap sanak saudara dan kerabat. Semoga apa yang sudah kami rencanakan semuanya berjalan sesuai rencana, tak akan ada yang harus tertunda lagi.


Indonesia, kami datang…