Senin, 15 Februari 2016

"Terdampar" di Dubai


Dubai adalah kota yang sejak lima tahun terakhir ini banyak dibicarakan orang di seluruh dunia. Hal ini terbukti ketika akhir tahun lalu, Google menyatakan Dubai sebagai kota yang paling banyak dicari informasinya di mesin pintar tersebut. Wisatawan seperti tumpah ruah di kota ini. Bayangkan saja, pada tahun 2014 wisatawan yang berkunjung ke Dubai lebih dari 13 juta orang. Angka ini lebih dari 5 kali jumlah penduduk Dubai sendiri.


Burj Khalifa, gedung tertinggi di dunia yang banyak menyedot wisatawan

Menikmati segala pesona wisata yang ditawarkan Dubai, tentu menjadi kenangan indah bagi mereka yang memang datang untuk berlibur. Namun, bagaimana jika singgah di kota yang terletak di atas gurun pasir ini bukan untuk berwisata atau berlibur tetapi karena “terdampar”? Ya, inilah yang dialami oleh ibu Parmi (65 tahun) dan Asih, putrinya yang berasal dari kota Purworejo, Jawa Tengah.

Ibu Parmi dan putrinya adalah jamaah umroh yang telah selesai menjalankan ibadah di kota Mekah. Tapi sayang, ibu 6 anak ini sudah merasa kurang sehat saat masih berada di Mekah. Hal ini dipicu karena beliau lebih memilih menahan lapar daripada makan makanan yang tidak sesuai dengan  seleranya. Belum lagi udara dingin di kota suci membuatnya agak malas meneguk air minum.

Demam, batuk dan sesak napas adalah keluhan utamanya. Hingga tiba waktu untuk kembali ke tanah air, ketika perjalanan dari Mekah ke Dubai, kondisi ibu Parmi benar-benar menurun. Saat transit di Dubai, akhirnya pihak maskapai tidak mengijinkannya untuk melanjutkan perjalanan sesuai prosedur penerbangan.

Tanpa didampingi seorangpun dari agen travel yang membawa rombongannya, ibu anak ini dibawa ke rumah sakit pemerintah, Dubai Hospital, oleh petugas maskapai penerbangan yang ditumpanginya dari Mekah. Ibu Parmi harus menjalani rawat inap. Situasi ini menjadi kondisi tersulit bagi keduanya.

Saat masih di Dubai Hospital

Sakit di negara orang tanpa kenal seorangpun, ditambah kendala bahasa memaksa keduanya untuk pasrah kepada Yang Maha Kuasa. Sungguh sebuah situasi sulit yang tidak terbayangkan. Bahkan, Asih baru bisa mendapat makan setelah sehari tinggal di rumah sakit. Akhirnya setelah satu kali 24 jam, seorang teman Indonesia yang berprofesi sebagai tour guide di Dubai mendapat telepon dari travel yang memberangkatkan keduanya. Pihak travel memberitahu  tentang keberadaan mereka dan meminta tolong untuk mendampinginya selama di Dubai.


Situasi sedikit membaik karena kami, teman-teman Indonesia yang tinggal di Dubai, segera mendengar kabar ini. Setiap hari kami selalu menyempatkan waktu untuk menjenguk ibu Parmi. Begitu juga dengan memenuhi beberapa kebutuhan Asih, mengingat mereka hanya membawa tas kecil masing-masing. Sementara semua barang mereka tetap berada di dalam pesawat yang mereka tumpangi dari Mekah dan sudah sampai di tanah air terlebih dahulu.


Kunjungan teman Indonesia adalah obat ampuh untuk ibu Parmi

Sembilan hari “terdampar” di Dubai bukanlah waktu yang singkat buat keduanya, terutama buat ibu Parmi. Hari-hari selalu dilewati dengan linangan air mata lantaran merasa tidak betah tinggal di rumah sakit dan ingin cepat pulang. Sementara bagi Asih, setiap hari diisi dengan rayuan kepada ibundanya agar bisa sedikit bersabar. Maka, tiada hal yang menggembirakan ketika melihat mereka akhirnya bisa tersenyum bahagia saat di bandara udara Dubai untuk kembali ke tanah air.

Senyum bahagia di bandara Dubai sesaat sebelum pulang

Dua sahabat luar biasa yang banyak membantu mereka selama di Dubai

Semoga pengalaman seperti ini hanya terjadi pada ibu Parmi dan Asih saja. Penting bagi jamaah yang akan menunaikan ibadah ke tanah suci untuk menjaga betul kesehatannya. Baik sebelum berangkat maupun selama menjalankan ibadah. Dan, semoga ibu Parmi juga selalu dilimpahkan kesehatan sesampainya di tanah air.