Senin, 15 Juli 2013

Bahasa Indonesia Kini Jadi yang Kedua

Anak-anak lebih mudah beradaptasi


     “Pindah ke luar negeri? Wah, pasti nanti anaknya lupa bahasa Indonesia".
    
     Itulah yang terucap dari para sanak saudara dan teman–teman  ketika saya sampaikan rencana pindah keluarga saya. Awalnya saya tidak mengerti arti ucapan tersebut, atau saya hanya menganggapnya sebagai basa–basi belaka. Karena sejujurnya tidak ada kekhawatiran sama sekali anak–anak saya akan lupa berbahasa Indonesia, justru kekhawatiran yang ada adalah anak–anak saya tidak bisa mengikuti pelajaran di tempat baru karena bahasa Inggrinya yang pas–pasan. Meskipun akhirnya kekhawatiran saya tidak terbukti, karena ternyata anak–anak lebih cepat beradaptasi dalam hal bahasa.
     
    Kini setelah hampir dua tahun tinggal di rantau, barulah saya mengerti arti ucapan dari teman–teman saya dulu. Di sini saya menjumpai banyak anak–anak Indonesia yang sedikit mengerti bahasanya sendiri, bahkan ada juga yang tidak mengerti sama sekali. Bahasa Indonesia seakan hanya menjadi bahasa kedua yang tidak wajib bagi anak-anak Indonesia di luar negeri. Padahal mereka anak–anak yang kedua orang tuanya asli berdarah Indonesia. 
     
     Dalam hati mulai timbul rasa prihatin terhadap mereka, orang tua dan anak–anak yang tidak lagi bangga dengan bahasa nasionalnya. Yang lebih membuat saya miris adalah ketika melihat ada rasa bangga di wajah para orang tua yang anaknya tidak mengerti bahasa Indonesia. Sepertinya menjadi kebanggaan tersendiri jika anak–anak mereka hanya pandai berbahasa Inggris. 
    
    “Maaf, anak saya tidak mengerti bahasa Indonesia kalau bahasa Inggris baru ngerti”. Begitu selalu ucap ibu–ibu dengan bangganya jika saya mengajak ngobrol si kecil menggunakan bahasa Indonesia. Menurut saya, kekeliruan bukan terletak pada anak tetapi lebih kepada orang tua yang enggan memperkenalkan atau mempergunakan bahasa Indonesia saat berbicara dengan anak-anak.
  
   Sebenarnya hanya sedikit perlu pemahaman yang baik dari orang tua untuk tetap memperkenalkan bahasa Indonesia kepada anak–anak meskipun mereka tinggal di luar negeri tanpa membatasinya dalam belajar bahasa Inggris. Berilah waktu yang seimbang untuk kedua bahasa ini. Setengah hari dari waktu yang dimiliki anak–anak telah dipakainya untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris di sekolah. Belum lagi sore hari saat mereka bermain dengan teman–teman di lingkungan rumah.
   
    Jadi tidak ada salahnya kalau saat di dalam rumah mereka kita wajibkan untuk tetap mempergunakan bahasa Indonesia. Ini adalah hal mudah dan murah yang bisa dilakukan oleh orang tua yang peduli terhadap rasa cinta tanah air kepada anaknya. Tidak perlu kursus seperti layaknya belajar bahasa Inggris di Indonesia yang memakan biaya tidak sedikit. Juga tidak perlu duduk belajar seperti guru dan murid. 

    Bukankah lebih membanggakan jika memiliki anak yang menguasai lebih dari satu  bahasa? Bukankah lebih hebat anak yang bisa berbahasa Inggris sekaligus berbahasa Indonesia, daripada yang hanya mengerti bahasa Inggris saja?
      
   Saya sendiri selalu menerapkan untuk menggunakan bahasa Indonesia di dalam rumah kepada anak–anak saya, kecuali saat belajar karena memang buku–bukunya dalam bahasa Inggris. Kadang mereka juga kesulitan mengerti arti kata–kata  dari bahasa Indonesia  yang jarang digunakan. Tugas kita sebagai orang tualah untuk menjelaskannya.
  
   Dengan cara ini ternyata membuat mereka fasih berbahasa Inggris sekaligus tetap pandai berbahasa Indonesia. Bahkan kadang–kadang kami juga menyelipkan bahasa daerah dalam percakapan sehari–hari. Saya selalu berpikir, bagaimana generasi muda ini kelak bisa mencintai Indonesia kalau bahasanya saja mereka tidak kenal. Sangat disayangkan,  para orang tua yang terpelajar yang sudah bisa menembus dunia internasional tetapi tidak dibarengi dengan pendidikan cinta tanah air kepada penerusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar