Dimuat di Tabloid Potret No. 62|Nopemeber 2012
Akhir-akhir
ini semakin sering kita mendengar berita tentang pergaulan bebas remaja di kota- kota besar. Dan entah mengapa berita–berita seperti
itu tetap saja disiarkan oleh televisi di Indonesia. Karena sepertinya memang tak
ada manfaatnya menyiarkan hal tersebut, justru sebaliknya dapat mempengaruhi
remaja–remaja di daerah untuk meniru. Dan tak dapat dipungkiri, inilah pangkal yang membuat kasus hamil diluar nikah naik semakin
tajam dari waktu ke waktu. Akibat tidak adanya rambu–rambu dalam pergaulan
sehingga mengakibatkan hal–hal yang hanya akan menghasilkan penyesalan semata.
Tidak
ada satupun orang tua yang mengharapkan atau bahkan bermimpi anak mereka akan
mengalami hamil di luar nikah. Karena sudah barang tentu aiblah yang akan mereka telan. Namun bagaimana
seandainya hal itu terjadi pada keluarga kita. Pastinya marah, kesal, kecewa
dan malu yang bergelayut di hati para orang tua. Sangsi sosial dari masyarakat
berupa cemoohan dan semacamnya tidak hanya ditujukan kepada pelaku tapi juga
kepada keluarganya, terutama orang tua. Mereka dianggap tidak becus dan gagal
mendidik anaknya. Inilah sangsi masyarakat yang
mereka takutkan.
Ibarat
pepatah, nasi sudah menjadi bubur. Semua yang telah terjadi tak akan bisa
diputar kembali. Begitu juga dengan kemarahan yang meledak–ledak, tak akan
dapat mengubah yang sudah terjadi. Jadi tak ada gunanya lagi kemarahan apalagi
jika harus disertai kekerasan fisik. Hal ini hanya akan menimbulkan masalah
baru yang tiada penyelesaiannya.
Sebagai
orang tua, hendaknya kita dapat menempatkan diri kita diposisi anak yang sedang
tertimpa musibah tersebut. Bagaimana perasaannya begitu dia mengetahui kalau
dirinya hamil. Sebelum keberaniannya muncul untuk menyampaikan aib kepada orang
tuanya, pastilah terjadi kekalutan, takut dan kebingungan yang amat mendera
dalam dirinya. Bayangkan bagaimana keadaannya selama beberapa waktu menyimpan
rahasia kehamilannya dari orang tua. Setelah tidak dapat menemukan jalan keluar,
barulah dengan terpaksa dia harus menyampaikan kabar buruk itu kepada orang
tuanya.
Sebenarnya
tujuan mereka datang kepada orang tua bukan untuk dihakimi. Dalam posisi ini
anak justru mencari pertolongan dan perlindungan kepada orang yang dia yakini dapat
membantunya. Maka perlu bagi orang tua untuk selalu bersikap tenang dan mau
mendengarkan penjelasan anak mereka. Jangan sampai karena dikuasai oleh emosi
lalu orang tua melakukan hal–hal yang akan menambah penderitaan anak. Kalau
sudah begini luka dalam jiwa anak akan semakin sulit disembuhkan.
Pada
tahap ini, jiwa anak mengalami tekanan
yang hebat atas kesalahan yang telah diperbuatnya. Maka sebagai orang tua
hendaknya kita bisa mengarahkannya untuk segera memohon ampunan pada Allah atas
dosa yang telah diperbuatnya. Hal ini sangat mungkin dapat menyejukkan dan
menenangkan perasaan anak juga untuk menghindarkannya dari perbuatan–perbuatan
yang justru dapat mendatangkan dosa kedua.
Kata
maaf dari orang tua tentu sangat berharga bagi anak–anak ini. Karena biasanya
inilah hal yang sangat ditakutkan oleh mereka ketika hendak menyampaikan berita
buruk ini kepada orang tuanya. Mereka takut tidak mendapat mengampunan dari
orang tua karena sudah membuat dosa besar. Bahkan tidak ada salahnya jika orang
tua memberinya perhatian lebih dan merangkulnya penuh kasih sayang. Bukan berarti
memanjakannya. Tapi lebih kepada terapi untuk kejiwaannya yang pasti telah
terluka. Bagaimana dia merasa masih diinginkan, masih disayang dan diperhatikan
oleh orang tuanya.
Dalam
mencari pemecahan masalah ini sebaiknya orang tua juga melibatkan langsung anak
yang bersangkutan. Karena bagaimanapun ini berhubungan dengan masa depan anak yang masih sangat panjang. Mengajak anak
bicara secara baik–baik untuk mencari penyelesaian yang terbaik pula. Berikan
masukan dan pilihan serta konsekuensi dari masing–masing pilihan penyelesaian
tersebut. Pilihan yang terbaik untuk anak adalah tentunya juga yang menjadi
pilihan orang tua. Yang perlu diingat adalah jangan sampai menyelesaikan dosa
dengan membuat dosa yang lain.
Dari
luar, anak hamil diluar nikah biasanya memang terlihat biasa saja. Terlihat
sangat tegar. Hal ini karena mereka sendiri sudah merasa bersalah dan tidak
ingin orang lain mengasihani dirinya. Namun sebenarnya jiwa mereka sangat
rapuh. Terkadang mereka memendam kekesalan terhadap diri mereka sendiri,
menyesal yang tidak berkesudahan dan rasa malu yang mereka tutupi. Dan ini
memerlukan pengawasan dan penyembuhan. Jangan sampai anak sampai merasa putus
asa dan melakukan hal–hal yang tidak diinginkan.
Lingkungan,
teman atau orang–orang disekitar anak memang sangat besar pengaruhnya sehingga bisa
terjadi hal yang tabu ini. Namun jangan pernah menyalahkan orang lain karena
hanya akan memperlambat proses penyembuhan jiwa anak. Apalagi jika kita terus
menerus mengungkit–ungkitnya. Jiwa anak tidak akan bisa sembuh jika dia terus
menerus hidup dalam bayang–bayang masa lalunya.
Tumbuhkan
semangat pada anak dengan memberinya gambaran beberapa anak yang senasib
dengannya namun mampu keluar dari masalahnya. Selalu memberinya penghiburan
agar anak dapat segera melupakan masa lalunya. Membuka wawasannya untuk
menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran berharga. Agar dimasa mendatang anak
dapat lebih berhati–hati dalam bergaul.
Namun
dari semua yang diatas, ada baiknya kita sebagai orang tua selalu berusaha
untuk menghindarkan anak–anak kita dari kejadian hamil di luar nikah. Untuk itu
perlu bagi orang tua untuk selalu memberikan kasih sayang , perhatian serta
pengawasan yang tidak mengekang terhadap anak. Selalu memonitor lingkungan
pergaulan dan teman–teman anak–anak kita. Tak ada salahnya jika anak diberi
kesibukan lain diluar jam sekolahnya. Menyalurkan hobinya akan lebih bermanfaat
daripada anak menghabiskan waktu berjam–jam di depan layar komputer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar