Buku-4
Perjuangan seorang sahabat dalam menemukan jalan tobat yang saya tulis dalam bentuk cerita, menjadi salah satu kisah di buku ini.
“Minta
maaflah kepada perempuan itu,” terdengar suara menggelegar dari laki–laki itu
seraya menunjuk seseorang yang sangat Banu kenal. Perempuan itu sedang terduduk
bersimpuh di hadapan laki-laki besar yang satu lagi di ujung bukit. Dia
mengenakan mukena putih berkilau, suaranya mengiba memohon agar orang–orang
berbadan besar itu bersedia membebaskan Banu, suaminya. Ya, perempuan itu
adalah Palupi yang terus memohon dalam tangisnya. Banu ingin berteriak
memanggil Palupi dan mendekat, namun bibir dan tubuhnya terasa kaku.
Bagaimana kisah sebenarnya, bisa di baca dalam buku antologi Indahnya Tobat dengan judul Cambuk di Bukit Gersang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar