Sejak memutuskan untuk
hidup berumah tangga, aku dan suamiku sepakat untuk mengurangi mengonsumsi
daging merah. Baru satu tahun kemudian, kami benar-benar bisa melepaskan
konsumsi daging yang berasal dari hewan berkaki empat ini.
Bukan untuk gaya-gayaan.
Bukan pula karena kami mengikuti aliran tertentu. Semua kami lakukan hanya
karena kami ingin hidup lebih sehat. Tidak lebih. Bahkan, awalnya kami juga
tidak tahu jika ternyata banyak manfaat lain dari pola makan ini. Semua itu kami
anggap sebagai bonus.
Sebenarnya aku tidak
pernah menyebut keluargaku sebagai vegetarian. Kenapa? Karena, bagiku kelompok
vegetarian adalah mereka yang sama sekali tidak boleh makan daging, meskipun ada
beberapa golongan dalam kelompok ini. Ada golongan yang tidak makan daging dari
hewan berkaki empat. Golongan lain tidak makan hewan sama sekali atau bahkan
ada yang tidak makan hewan dan makanan turunannya, seperti susu, telur dan
keju. Jika makanan mereka mengandung daging sedikit saja, entah itu hanya kuah
atau penyedapnya, itu sudah melanggar aturan.
Sementara aku dan
keluargaku? Meskipun belum tentu setahun atau dua tahun sekali dan dalam jumlah
yang sangat kecil, tetapi terkadang kami makan daging juga walaupun itu hanya
kami batasi untuk daging kambing saja. Karena itulah aku enggan menyebut
keluargaku sebagai vegetarian, meskipun beberapa teman menyebut kami demikian.
Jadi, sudah hampir
enambelas tahun, menu hewani yang ada meja makanku adalah ayam, ikan dan telor.
Sementara makanan nabati justru menjadi menu utama kami. Tentu saja ini juga
berlaku untuk kedua anakku yang sekarang berusia 16 dan 10 tahun.
Bukan tidak pernah kami
mendapat pertanyaan-pertanyaan ataupun olok-olokan dari teman dan kerabat
tentang kebiasaan kami ini. Tetapi tentu saja kami tidak terlalu mempermasalahkannya.
Selama ini kami masih bisa memakluminya.
Pertanyaan terakhir yang
baru beberapa hari lalu terjadi, dilontarkan oleh teman anak gadisku. Mereka tidak
bisa percaya jika pada kenyataannya keluarga kami tidak pernah mengonsumsi
daging merah. Lalu pertanyaannya adalah, bagaimana anakku bisa pintar kalau dia
tidak pernah makan daging?
Anak gadisku hanya
tersenyum jika ada yang bertanya demikian. Karena aku sudah pernah menjelaskan
padanya jika gizi yang ada di daging itu juga bisa kami dapatkan dari sumber
makanan yang lain. Dan, yang paling mudah dipahami adalah ketika kami membaca
sebuah buku yang menyebutkan bahwa ternyata ilmuwan sekelas Albert Einstein,
Sacrotes dan Thomas Alfa Edison adalah para pelaku vegetarian juga. Jadi, bukan
berarti anak vegetarian tidak bisa pandai, kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar