Awal merantau ke luar
negeri dulu, banyak sahabat dan kerabat yang menyemangati keraguanku. Ya, aku
memang sempat merasakan keraguan ketika akan meninggalkan tanah air. Keraguanku
lebih karena rasa berat harus meninggalkan orang-orang
tercinta, terutama ayah dan kedua mertuaku.
Tetapi karena lebih
banyak yang mengatakan bahwa "jarak bukanlah suatu masalah" untuk memupus
keraguanku, maka melangkahlah kaki ini di tanah perantuan, Dubai. Memang, jarak
Dubai-Denpasar hanyalah setengah jika dibandingkan mereka yang terdampar di
daratan Eropa. Tidak sampai satu hari jarak itu bisa ditempuh, atau sekitar 9
sampai 10 jam perjalanan udara.
Saat pulang kampung untuk
mengisi liburan sekaligus melepas rindu, waktu tempuh tersebut memang tidaklah
terasa. Aku masih merasakan kebenaran pendapat sahabat dan saudaraku yang dulu
menyemangatiku. Bahkan sampai ketika aku terakhir pulang sepuluh bulan yang lalu. Jarak itu masih tidak menjadi masalah.
Namun, pendapat penuh semangat tersebut tidak
lagi ada benarnya ketika tiga minggu yang lalu aku mendapat kabar duka dari
tanah air. Ibu mertua, satu-satunya orang yang 'agak' keberatan aku ikut
merantau, berpulang kepadaNya. Saat itu aku baru yakin, bahwa bagaimanapun juga jarak tetaplah jarak dan tetap menjadi satu kendala.
Ibu menghembuskan nafas
terakhir sore hari waktu Bali. Meskipun itu artinya di Dubai masih siang hari, tetapi tetap saja baru ada penerbangan ke Bali besok paginya. Jika
aku memaksa untuk pulang dengan penerbangan pertama besok pagi, maka aku akan
sampai di rumah tengah malam. Begitu juga seandainya aku berangkat malam itu dengan penerbangan lain, waktunya akan jauh lebih lama karena ada transit tiga hingga enam jam. Lagi pula bukanlah hal mudah untuk mendapatkan tiket lima jam sebelum keberangkatan.
Sementara besok siangnya jasad ibu sudah dikebumikan. Itu artinya aku dan keluargaku tetap tidak dapat bertemu ibu untuk terakhir kali. Menangis? Pasti! Sedih? Lebih dari itu! Rasanya seperti ingin menghentikan waktu atau melipat jarak antara Denpasar-Dubai.
Sementara besok siangnya jasad ibu sudah dikebumikan. Itu artinya aku dan keluargaku tetap tidak dapat bertemu ibu untuk terakhir kali. Menangis? Pasti! Sedih? Lebih dari itu! Rasanya seperti ingin menghentikan waktu atau melipat jarak antara Denpasar-Dubai.
Selamat jalan ibu, semoga
mendapat tempat yang terbaik di sisiNya. Kami sayang ibu…