Dubai adalah kota yang sejak lima tahun terakhir ini
banyak dibicarakan orang di seluruh dunia. Hal ini terbukti ketika akhir tahun
lalu, Google menyatakan Dubai sebagai kota yang paling banyak dicari
informasinya di mesin pintar tersebut. Wisatawan seperti tumpah ruah di kota
ini. Bayangkan saja, pada tahun 2014 wisatawan yang berkunjung ke Dubai lebih
dari 13 juta orang. Angka ini lebih dari 5 kali jumlah penduduk Dubai sendiri.
Burj Khalifa, gedung tertinggi di dunia yang banyak menyedot wisatawan |
Menikmati segala pesona wisata yang ditawarkan Dubai,
tentu menjadi kenangan indah bagi mereka yang memang datang untuk berlibur.
Namun, bagaimana jika singgah di kota yang terletak di atas gurun pasir ini
bukan untuk berwisata atau berlibur tetapi karena “terdampar”? Ya, inilah yang
dialami oleh ibu Parmi (65 tahun) dan Asih, putrinya yang berasal dari kota Purworejo,
Jawa Tengah.
Ibu Parmi dan putrinya adalah jamaah umroh yang telah
selesai menjalankan ibadah di kota Mekah. Tapi sayang, ibu 6 anak ini sudah
merasa kurang sehat saat masih berada di Mekah. Hal ini dipicu karena beliau lebih
memilih menahan lapar daripada makan makanan yang tidak sesuai dengan seleranya. Belum lagi udara dingin di kota
suci membuatnya agak malas meneguk air minum.
Demam, batuk dan sesak napas adalah keluhan utamanya.
Hingga tiba waktu untuk kembali ke tanah air, ketika perjalanan dari Mekah ke
Dubai, kondisi ibu Parmi benar-benar menurun. Saat transit di Dubai, akhirnya
pihak maskapai tidak mengijinkannya untuk melanjutkan perjalanan sesuai
prosedur penerbangan.
Tanpa didampingi seorangpun dari agen travel yang
membawa rombongannya, ibu anak ini dibawa ke rumah sakit pemerintah, Dubai
Hospital, oleh petugas maskapai penerbangan yang ditumpanginya dari Mekah. Ibu
Parmi harus menjalani rawat inap. Situasi ini menjadi kondisi tersulit bagi
keduanya.
Saat masih di Dubai Hospital |
Sakit di negara orang tanpa kenal seorangpun, ditambah
kendala bahasa memaksa keduanya untuk pasrah kepada Yang Maha Kuasa. Sungguh
sebuah situasi sulit yang tidak terbayangkan. Bahkan, Asih baru bisa mendapat makan setelah sehari tinggal di rumah sakit. Akhirnya setelah satu kali 24 jam,
seorang teman Indonesia yang berprofesi sebagai tour guide di Dubai mendapat telepon dari travel yang
memberangkatkan keduanya. Pihak travel memberitahu tentang keberadaan mereka dan meminta tolong
untuk mendampinginya selama di Dubai.
Situasi sedikit membaik karena kami, teman-teman
Indonesia yang tinggal di Dubai, segera mendengar kabar ini. Setiap hari kami
selalu menyempatkan waktu untuk menjenguk ibu Parmi. Begitu juga dengan
memenuhi beberapa kebutuhan Asih, mengingat mereka hanya membawa tas kecil
masing-masing. Sementara semua barang mereka tetap berada di dalam pesawat yang
mereka tumpangi dari Mekah dan sudah sampai di tanah air terlebih dahulu.
Kunjungan teman Indonesia adalah obat ampuh untuk ibu Parmi |
Sembilan hari “terdampar” di Dubai bukanlah waktu yang
singkat buat keduanya, terutama buat ibu Parmi. Hari-hari selalu dilewati dengan
linangan air mata lantaran merasa tidak betah tinggal di rumah sakit dan ingin
cepat pulang. Sementara bagi Asih, setiap hari diisi dengan rayuan kepada ibundanya agar bisa sedikit bersabar. Maka, tiada hal yang menggembirakan ketika melihat mereka akhirnya bisa
tersenyum bahagia saat di bandara udara Dubai untuk kembali ke tanah air.
Senyum bahagia di bandara Dubai sesaat sebelum pulang |
Dua sahabat luar biasa yang banyak membantu mereka selama di Dubai |
Semoga pengalaman seperti ini hanya terjadi pada ibu
Parmi dan Asih saja. Penting bagi jamaah yang akan menunaikan ibadah ke tanah
suci untuk menjaga betul kesehatannya. Baik sebelum berangkat maupun selama
menjalankan ibadah. Dan, semoga ibu Parmi juga selalu dilimpahkan kesehatan sesampainya
di tanah air.