Empat tahun yang lalu
ketika aku mengajak pindah ke Dubai, anak pertamaku, Sasiva, sudah masuk di
kelas 8 ketika pertama sekolah di Dubai. Setidaknya selama dari kelas 1 hingga
kelas 7 sudah banyak pelajaran tentang Indonesia yang didapatnya di sekolah di
Indonesia. Ia sudah tahu betapa kaya dan indahnya tanah airnya. Jadi, tidak heran
jika ia sangat bangga menceritakan Indonesia, apalagi Bali kepada
teman-temannya
Beda dengan adiknya, Sattvika,
yang hanya mengenyam dua bulan kelas satu di sekolah dasar ketika kami pindah. Empat hari di Dubai, ia
merayakan ulang tahunnya yang ke-7. Praktis, belum banyak pengetahuannya
tentang Indonesia yang tertanam di ingatannya.
Namun begitu, aku
tidak pernah putus asa untuk
menceritakan tentang Indonesia kepadanya. Bahkan, sekarang ia sudah hafal
dengan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Begitu juga dengan beberapa sejarah,
pahlawan dan tentu saja kekayaan dan kehebatan tanah air tercinta.
Ini adalah salah satu
caraku untuk bisa membangkitkan rasa bangga menjadi anak Indonesia, bangga
telah lahir di Indonesia dan bangga menjadi Indonesia. Meskipun keduanya sangat
hafal dengan lagu kebangsaan UAE, negara yang kami tinggali saat ini, aku tetap
ingin mereka sadar bahwa mereka adalah anak Indonesia.
Ketika ada waktu luang,
aku selalu mengajak mereka untuk belajar tentang Indonesia. Mengenalkannya pada
beberapa budaya dan indahnya alam Indonesia, selain Bali tanah leluhurnya. Dan,
ternyata semua tidak sia-sia.
Suatu siang ketika pulang
sekolah, Sattvika yang sekarang sudah duduk di bangku kelas 4 bercerita dengan
berseri-seri. Ia mengatakan bahwa ia tadi di sekolah telah memenangkan lomba
debat di kelasnya. Dan, tema debat tersebut adalah tentang keunggulan negara
masing-masing.
Aku berusaha menahan
gemuruh di dalam dadaku selama ia menceritakan kembali jalannya debat tadi. Sesuatu
yang sangat mengharukan ketika ia dengan lancar bisa menyebutkan jumlah pulau
dan jumlah bahasa yang dimiliki Indonesia. Bahkan dengan tegas ia juga mampu
membandingkan panjangnya wilayahnya Indonesia yang sama dengan jarak antara
Iran hingga London.
Sungguh di luar dugaanku,
ternyata apa yang selama ini aku ceritakan kepadanya benar-benar merasuk
kedalam otaknya. Ia sangat jelas menyebutkan tentang tambang emas, tentang
kekayaan laut Indonesia dibandingkan dengan negara lainnya.
Akhirnya, dengan mata
berkaca-kaca aku mengucapkan terima kasih kepada Sattvika karena sudah
mendengarkan ceritaku selama ini. Juga karena ia begitu antusias mempertahankan
kehebatan negaranya di depan teman-temannya.
Selalu banggalah menjadi
anak Indonesia, Nak…